Founder Stories Tinker Games: Awalnya Kecanduan, Akhirnya Menghasilkan



Mendengar kata gamer mungkin pikiran Anda akan terbawa ke beberapa hal. Orang-orang yang “membuang” waktu dan uang, jarang bersosialisasi, atau bahkan mereka yang berperilaku negatif dan digadang-gadang sebagai akibat dari terlalu banyak bermain game. Tentu saja beragam opini semacam itu perlu dipatahkan dengan keberhasilan. Muhammad Ajie Santika, gamer yang sekaligus Founder Tinker Games berbagi cerita seputar pengalaman entreprenuership yang berangkat dari kesukaannya terhadap game. Seperti apa perjalanan pria yang akrab disapa Ajie ini? Simak penuturan lengkapnya pada Tech in Asia.

”Racun” berbuah “Candu”

Sebagai anak-anak yang lahir di penghujung tahun 80-an, video game adalah hiburan yang lumrah. Sejak duduk di bangku sekolah Ajie pun sudah menggemari hiburan digital ini. “Game online yang pada masa itu makin menjamur membuat saya makin kecanduan,” ujarnya membuka percakapan.
Beruntung fase “kecanduan” pria lulusan School of Business and Management Institut Teknologi Bandung ini tidak berlangsung lama. Ajie mulai mempersiapkan langkah untuk memasuki ranah yang lebih serius: entrepreneur . Namun tetap tidak lepas dari core-nya sebagai penyuka game. Ia mencoba mempelajari dunia yang sebelumnya sukses menjadi “racun” yang berbuah “candu” tersebut”. Di waktu yang bersamaan, Ajie juga mencoba merintis bisnis makanan dan memperluas jaringan dengan aktif di kegiatan kemahasiswaan.
"Saya kemudian melakukan riset mengenai industri game dunia dan menemukan fakta bahwa industri ini memiliki peluang bisnis yang sangat besar, bahkan merupakan salah satu industri hiburan terbesar di dunia. Menyadari peluang tersebut serta melihat potensi teman-teman dan lingkungan sekitar, akhirnya tercetus untuk membangun bisnis di ranah game."

Kisah klasik di SMA

Banyak orang percaya bila masa-masa berseragam putih abu adalah salah satu periode yang paling tidak terlupakan. Entah dari pengalaman pertemanan, sampai percintaan. Ajie pun salah satu orang yang mengamini hal ini. “Ada teman yang cukup dekat ketika saya masih SMA, tepatnya adik kelas dan memiliki bakat ilustrasi,” tuturnya.
Teman Ajie tersebut adalah Panji Prakoso Sunariman. Pria yang merupakan adik kelasnya dan kini menjadi Co-Founder Tinker Games adalah orang yang tidak sengaja ditemukan. “Meski sudah kenal, tapi saya malah sempat mencari orang kemana-mana tapi akhirnya kembali dipertemukan dengan dia (Panji),” ujarnya. Berdua mereka sering menghabiskan waktu di pelataran kampus, bertukar pikiran seputar bisnis game. “Kenangan itu adalah hal yang paling berkesan bagi saya, nongkrong hingga larut malam dan mencari inspirasi bersama bagaimana membuat orang bisa terus memainkan sebuah game,” tambahnya.

Sumur inspirator

Bagi Ajie, untuk memacu kreativitas dirinya memerlukan banyak orang yang bisa dijadikan panutan. Dari mulai Walt Disney merupakan sosok istimewa baginya di ranah industri kreatif. “Bagaimana ia mewujudkan impian banyak orang menjadi kenyataan sekaligus mengembangkan kekayaan intelektual menjadi bisnis yang sukses secara konsisten adalah dua hal yang membuat saya kagum” tutur Ajie.
Selain Disney, seperti kebanyakan entrepreneur di ranah teknologi menjadikan Steve Jobs sebagai inspirator. “Kalau Jobs, sosoknya unik ketika dia mampu mengubah hidup banyak orang menjadi suatu tren,” jelasnya lagi.
Sementara dari kacamata bisnis, Rovio adalah role model bagi Ajie dalam mengembangkan bisnis di ranah game. “50 kali kegagalan jelas bukan jumlah yang sedikit. Namun mereka akhirnya berhasil sukses di percobaan ke 51 dengan Angry Birds,” ujarnya.
Beberapa nama lain yang juga menjadi inspirator Ajie adalah Hideo Kojima, Hironobu Sakaguchi, B.J Habibie dan Ridwan Kamil. “Oh iya, Wempy Dyocta Koto yang tak lain merupakan chairman Tinker Games juga merupakan mentor terbaik saya,” tambah pria yang juga menjalankan bisnis Siete Cafe di Bandung yang membidik pasar kaum muda ini.

Musik klasik dan ruang kerja mobile

Banyak cara untuk membangun mood sebelum memulai aktivitas harian. Sebagian orang memilih dengan minum kopi, sarapan sehat atau berolahraga. Bagi Ajie, ia melakukannya dengan beribadah dan setelahnya menikmati musik klasik. “Sebenarnya saya mengikuti perkembangan musik lokal dan global, namun karena dulu sempat belajar musik klasik, kini saya kembali mendengarkan musik tersebut,” ujarnya.
Cara lain untuk menjaga produktivitas adalah membuat ruang kerja yang cocok. Ajie sendiri memilih ruang kerja yang sifatnya mobile. Hal ini menurutnya dikarenakan aktivitas kesehariannya yang menuntut mobilitas tinggi. “Ruang kerja buat saya harus merupakan tempat yang nyaman untuk orang dengan mobilitas tinggi dan sekaligus enak untuk berdiskusi,” jelas Ajie.
Hal ini pulalah yang mendorongnya mendirikan co-working space Co&Co di Bandung. Selain itu, berkumpul dengan orang-orang dan komunitas di ranah startup adalah hal yang sangat membantu langkahnya menjadi entrepreneur. “Bulan ini saya dan beberapa teman startuplainnya di Bandung mendirikan komunitas StartUp Bandung sebagai wadah untuk berkumpul dan bertukar pikiran bagi para penggiat startup di Bandung,” lanjut Ajie.

Jangan ragu menolak kesempatan

Ketakutan adalah hal yang lumrah bagi setiap orang, termasuk di dalamnya entrepreneur. Menurut Ajie, ketakutan biasanya baerawal dari keraguan. Seperti misalnya ketika ada kesempatan besar yang high risk high return.
"Bisnis ini bukan hanya tentang saya, tapi ada puluhan partner dalam tim yang tergabung, nah kalau sudah berada di posisi ini cara paling tepat adalah mengembalikan pada prinsip bisnis sendiri, yaitu ketidakpastian."
Tentu saja untuk bisa “membuang” rasa takut tadi kita tidak bisa melakukannya dengan modal nekat. Ajie menyarankan untuk meminimalisir risiko yang berpotensi terjadi dan menyiapkan diri sebaik mungkin sebelum mengambil keputusan. “Bila ini sudah dilakukan, maka seharusnya ketakutan itu sudah tidak ada lagi,” tambahnya.
Sepanjang perjalanan di ranah entrepreneur, tak jarang Ajie juga menghadapi hal-hal yang tidak mengenakkan. “Kapal goyang” yang berarti ia selaku pemimpin harus mengambil keputusan terbaik bagi semua pihak. “Kadang keputusan ini terasa tidak memuaskan sebagian pihak. Namun di saat itu pulalah dukungan dan pengertian tim akan diuji,” tuturnya. Untuk pelaku startup baru, Ajie memiliki pesan singkat:
"Fail fast, succeed faster."
(Diedit oleh Ketut Krisna Wijaya)

sumber : www.techinasia.com
Previous
Next Post »