Fenomena pemanfaatan media sosial untuk berjualan di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara dengan pengguna media sosial terbanyak di dunia. Walau tingkat penetrasi internet masih rendah, jumlah pengguna smartphone di tanah air telah banyak mendongkrak aktivitas pengguna media sosial di Indonesia.
Tingginya tingkat pengguna media sosial ini telah membuat sebuah fenomena unik tentang pengguna media sosial di Indonesia. Saking kreatifnya, banyak orang yang memanfaatkan segala jenis media sosial untuk berjualan, terlepas dari sudah adanya tempat dan jasa khusus untuk membuat toko online. Kali ini, Tech in Asia telah merangkum daftar fenomena pemanfaatan berbagai jenis media sosial sebagai tempat berjualan bagi penggunanya:

Facebook

Bukan rahasia lagi bahwa Facebook merupakan media sosial dengan jumlah pengguna paling banyak di Indonesia. Menurut laporan terakhir, ada sekitar 70 juta pengguna Facebook di Indonesia. Jadi bisa dibilang Facebook merupakan tempat yang menjanjikan untuk jual beli.
Beberapa startup di Indonesia seperti LakubgtTokofbku, dan Onigi telah menyediakan layanan pembuatan toko online dengan desain khusus di Facebook. Tapi tampaknya masih banyak masyarakat yang belum memanfaatkan layanan ini dan mem-posting barang jualan mereka dengan cara yang biasa. Berikut adalah beberapa contoh post jual beli produk di Facebook.
Facebook Sale 700
Selain mem-posting barang jualan, tingkah laku lain yang biasa dilakukan adalah menambahkan tag sebanyak mungkin ke sembarang orang sehingga post mereka terlihat lebih luas ke pengguna Facebook lain. Fenomena lain yang juga sering muncul adalah grup-grup Facebook khusus yang didedikasikan untuk berjualan. Hal ini sedikit lebih baik dan tidak mengganggu timeline pengguna Facebook lain yang tidak mengikuti grup tersebut.

Twitter

Media sosial selanjutnya adalah Twitter yang merupakan media sosial dengan jumlah pengguna terbesar kedua setelah Facebook di Indonesia. Menurut laporan terakhir, ada 50 juta pengguna Twitter di Indonesia. Tidak seperti Facebook yang memungkinkan pengguna membuat album foto untuk barang jualan mereka dan menulis penjelasan detail, pengguna hanya bisa menampilkan teks dengan maksimal 140 karakter dengan tambahan foto atau video.
Sebagai solusinya, ada dua jenis fenomena yang sering saya temui. Pertama adalah melakukan mention ke akun pengguna Twitter lain secara sembarang. 
Fenomena kedua adalah memanfaatkan bot — singkatan dari robot, sebuah software dengan 
algoritma khusus yang akan menangkap sebuah kata tertentu kemudian melakukan mention ke akun Twitter bersangkutan. Misalnya sebuah akun Twitter melontarkan kicauan yang mengandung kata “sepatu”, makan bot tersebut secara otomatis membalas kicauan tersebut dengan isi penawaran produk mereka. Berikut adalah beberapa contohnya:
Twitter Marketing

Instagram

Instagram 700
Instagram merupakan bagian dari Facebook, sehingga tidak heran jumlah penggunanya di seluruh dunia sudah lebih dari 300 juta. Mengingat Instagram memiliki fitur Following dan Follower seperti Twitter, fenomena yang terjadi sedikit mirip. Penjual memberi komentar pada foto-foto milik pengguna Instagram lain dengan konten ajakan untuk melihat koleksi gambar Instagram yang ia miliki.
Fenomena lain yang sering ditemui adalah foto sponsor atau edorsement yang biasanya dilakukan oleh akun-akun Instagram yang memiliki banyak follower. Sebut saja Dagelan. Dengan memiliki lebih dari 2,8 juta follower, akun ini menawarkan jasa iklan dengan harga setiap post mulai dari Rp400.000 hingga Rp1 juta.

Path

Path
Fitur utama yang ditawarkan Path adalah kemampuan untuk menambah teman yang dibatasi hingga 150 orang. Namun, kini jumlah maksimal teman di Path telah menjadi 500 orang. Pengguna Path di tanah air sendiri sudah mencapai sekitar 4 juta orang.
Fenomena berjualan yang terjadi di Path serupa dengan Facebook, dimana pengguna-pengguna Path menampilkan post dengan isi mengenai barang jual beli. Target pasarnya tentunya tidak terlalu luas, tapi bisa dibilang cukup menjanjikan mengingat target pasar jual beli adalah kerabat atau teman dekat.

Aplikasi chatting : Line, KakaoTalk, WeChat, WhatsApp, dan BBM

Line 480
Aplikasi chatting juga tidak luput menjadi media untuk jual beli. Namun, platform ini sebagian besar digunakan untuk berkomunikasi antara penjual dan pembeli. Khusus untuk aplikasi chatting Line dan Blackberry Messenger (BBM) memiliki fitur timeline yang memungkinkan pengguna untuk membuat status berupa teks dan gambar. Fitur inilah yang dimanfaatkan banyak penjual untuk menampilkan barang-barang jualan mereka dan tentunya fitur chatting yang bisa digunakan langsung untuk berkomunikasi dengan pembeli.

Tinder

Tinder 350x
Hal ini memang sulit dipercaya, tetapi media sosial yang sebenarnya ditujukan untuk mencari jodoh ini juga menjadi sasaran tempat jual beli. Fenomena yang sempat saya temui adalah menemukan sebuah akun Tinder yang memanfaatkan fitur foto untuk menampilkan barang-barang jualan mereka. Berikut adalah contoh salah satu akun yang menggunakan Tinder sebagai tempat jual beli.

Tingkah laku pengguna media sosial dan aplikasi chatting di Indonesia memang unik dan cenderung memanfaatkan berbagai celah dan peluang yang ada. Namun yang perlu diwaspadai sebagai pengguna aplikasi-aplikasi tersebut adalah tetap hati-hati dan jangan mudah tertipu dengan iming-iming harga murah. Selain itu, keabsahan penjual juga perlu dipertanyakan.
Di sisi lain, para penjual harus lebih selektif dalam memilih media sosial sebagai tempat berjualan. Penjual harus menentukan target pembeli terlebih dahulu, agar nantinya tidak salah sasaran dan membuang-buang waktu.
(Diedit oleh Lina Noviandari)
Previous
Next Post »