28 kisah founder startup di tahun 2014 yang harus Anda baca!

Di tahun 2014, kami sangat beruntung mendapat kesempatan untuk mewawancarai banyak CEO dan founder di Asia. Masih dalam suasana kilas balik akhir tahun, kami mengumpulkan beberapa cerita founder yang menarik di tahun 2014 dalam satu artikel.
Berikut adalah kisah para founder asal Indonesia yang sempat kami liput tahun 2014:

1. Anthony Tan: cucu supir taksi yang menciptakan aplikasi booking taksi terbesar di Asia Tenggara

Satu moto yang dimiliki semua orang di tim GrabTaxi adalah “masalah Anda adalah masalah kami.” CEO GrabTaxi, Anthony Tan, mengatakan:

Banyak orang yang hanya mengatakan hal tersebut. Namun kami benar-benar menjalaninya. Ketika kami memulai, kami bahkan tidak mempunyai koneksi internet yang bagus di kantor dan tidak mempunyai AC. Orang-orang yang bergabung dengan saya percaya terhadap misi dan ide yang diemban alih-alih percaya kepada saya [sebagai pemimpin]. Kami berjuang bersama-sama mulai dari bawah.
 

2. Berhenti kuliah dari Harvard, inilah kisah Ferry Unardi membawa Traveloka memimpin industri travel online di Indonesia

Sebelum terjun ke dunia startup, founder Traveloka Ferry Unardi ingin mempelajari bisnis terlebih dahulu dengan mengejar gelar MBA di Harvard University. Namun, setelah hanya satu semester, rencananya harus diubah lagi. Ia mengatakan:

Saya ingat ketika semua orang mempertanyakan keputusan saya untuk berhenti [kuliah], tapi itulah yang harus dilakukan. Berhenti kuliah adalah keputusan yang sangat sulit, baik untuk saya dan pasangan saya karena ia bekerja untuk LinkedIn pada saat itu dan memiliki saham yang belum sepenuhnya diperoleh, tapi saya ingat pernah mengatakan “kita [berusia] 23, kita masih cukup muda untuk melakukan kesalahan” dan bahwa tidak ada waktu yang lebih baik.
 

3. Tidak digaji? Tak masalah. Inilah cara CEO Luxola membuat startupnya sukses

Saran CEO Luxola, Alexis Horowitz-Burdick, bagi entrepreneur pemula yang telah menetapkan hati mereka untuk memulai sebuah perusahaan adalah “merangkul kegagalan sebagai bagian dari proses”:

Jangan takut gagal. Itu bukan masalah besar. Kebanyakan orang perlu beberapa upaya untuk memiliki startup yang sukses. Jadi gagal lah dengan cepat dan bangkit lah kembali dengan cepat pula.
 

4. Dipecat dari sebuah bank, founder ini melakukan bootstrapping sampai startupnya mendapatkan pendanaan sebesar Rp 425 miliar

Mengelola pengeluaran dan mengakali proses distribusi secara hati-hati mempunyai peranan besar dalam membuat startup bertahan meski tanpa pendanaan. Chris Strode, founder Invoice2go, mengatakan:

Di saat-saat awal, saya dapat menghindari pengeluaran tambahan yang besar dengan melakukan semua pengembangan produk oleh saya sendiri dan menggunakan cara distribusi software yang sudah mapan.
 

5. Kisah pasangan pengacara-bankir yang keluar dari pekerjaannya demi membuat game tentang dokter

Pasangan suami-istri Richard Sun dan Joyce Lim masing-masing adalah seorang bankir dan pengacara, sebelum akhirnya memutuskan untuk mengembangkan game. Richard Sun, co-founder WIGU Games, mengatakan:

Pasti akan ada perdebatan yang berkaitan dengan perusahaan. Solusinya adalah tidak mudah tersinggung, karena perdebatan ini menunjukkan bahwa kami benar-benar peduli tentang perusahaan. Jika tidak ada perdebatan, itu berarti rasa peduli telah hilang.

6. Bagaimana kacaunya hidup saya setelah keluar dari perusahaan bergengsi dan memilih mendirikan startup

Ali Mese keluar dari dunia perusahaan konsultansi dan mendirikan startup sendiri. Ia terinspirasi oleh kutipan dari Tony Gaskin berikut:

Jika Anda tidak membangun mimpi Anda, seseorang akan mempekerjakan Anda untuk membangun mimpi mereka.
 

7. CEO HijUp: Follow your heart, follow your dream

CEO Hijup, Diajeng Lestari, menyebutkan keahlian dan sikap apa saja yang diperlukan agar sukses di startup teknologi:

Pertama, percaya diri, percaya mimpi, dan percaya keajaiban Tuhan. Tuhan akan memberi jalan bagi orang-orang yang berusaha. Kedua, berkoordinasi dan berkomunikasi untuk membangun tim yang hebat. Selain itu startup juga harus berhubungan baik dengan berbagai stakeholder.
 

8. Nabilah Alsagoff dan kisah di balik Doku, pionir e-payment Indonesia

COO Doku, Nabilah Alsagoff, mengatakan tentang awal-awal pendirian startup-nya:

Pada saat itu, kami melakukan sesuatu yang tidak dilakukan orang sebelumnya. Kami harus berani. 

9. Kisah di balik kesuksesan website booking tiket online Tiket.com

CTO Tiket, Natali Ardianto, mengatakan:

Di StartupLokal, kami selalu mengatakan, ‘Jangan terlalu cepat mengeluarkan uang’. Tapi orang sering tidak menyadari pentingnya kalimat tersebut. Pola pikir orang Indonesia adalah mencari investasi untuk mendapatkan ketertarikan pasar, tapi ini salah. Apa yang selalu saya tanyakan adalah: ‘Bagaimana Anda bisa membuat perusahaan Anda berjalan selama lima atau sepuluh tahun tanpa investasi baru?’ Itulah yang telah kami lakukan di Tiket.com.
 

10. Dari seorang hacker, pahlawan, hingga legenda data: Juny “Acong” Maimun menceritakan kisah di balik Indowebster

Saran Juny “Acong” Maimun, founder dan CEO Indowebster, bagi entrepreneur muda:

Saran terbaik saya: bertahan! Jika Anda terus bertahan untuk beberapa tahun pertama, maka Anda dapat beradaptasi dengan pasar dan menemukan model yang baik untuk Anda.
 

11. Kisah sukses WebKul: hasilkan Rp 12,5 milar meski tanpa pendanaan

Co-founder Webkul, Vipin Sahu, mengatakan tentang betapa pentingnya menghasilkan keuntungan:

Beberapa orang dengan pendanaan awal lebih cenderung menghabiskan uang dibanding menghasilkan uang. Kami percaya bahwa jika Anda menjalankan sebuah bisnis, keuntungan adalah oksigen. Jika Anda tidak menghasilkannya, maka Anda akan segera mati.
 

12. Co-founder PeaTix: “Pikirkan siapa pelanggan Anda terlebih dahulu”

“Beberapa startup berpikir jika Anda membangun sebuah platform, maka pelanggan akan datang,” tapi bukan itu masalahnya, menurut Taku Harada, co-founder PeaTix:

Anda harus pergi bertemu dengan orang-orang dan menyelesaikan masalah mereka. Anda tidak bisa memikirkan diri Anda terlebih dahulu, melainkan memikirkan siapa pelanggan utama Anda.
 

13. Kisah Andry Suhaili: datang dari kota kecil untuk membangun website pembanding harga terbesar di Indonesia

Founder dan CEO PriceArea, Andry Suhaili menceritakan alasan di balik keinginannya menjadi entrepreneur:

Saya selalu ingin menjadi kaya dan sukses. Untuk itu, saya perlu menjadi seorang entrepreneur. […] Setelah saya kembali dari Amerika Serikat, saya membuat bisnis pertama di sebuah garasi dengan dua pegawai magang sebagai pegawai saya.
 

14. Founder Zipmatch: “Jangan biarkan kekurangan dana menghentikan langkah Anda”

Co-founder Zipmatch, Chow Paredes, menceritakan kisah di balik pendirian startup-nya:

Sebagai direktur penjualan real estate, masalah yang selalu saya hadapi adalah bagaimana membuat 50 agen mendapatkan klien baru setiap hari. Saat itulah muncul gagasan untuk menciptakan sebuah platform online. Kami mulai merencanakannya pada akhir pekan dan setelah pulang dari bekerja ketika kami masih bekerja. Kami melakukan itu selama enam bulan. Dan akhirnya kami harus mencurahkan seluruh usaha dan waktu kami, jika tidak, kami tidak akan berhasil jika mendirikannya sedikit demi sedikit. Tapi bagi seseorang yang bekerja dengan pekerjaan yang stabil, tidak mudah untuk melakukan hal ini. Meskipun demikian, saya memilih terjun ke dunia startup karena ada kesempatan besar yang tersaji di depan saya.
 

15. CEO Bukalapak: Mulai dari sekarang dan jangan takut gagal

Achmad Zaky, CEO BukaLapak, mendorong semua anak muda untuk mulai membangun startup mereka sesegera mungkin:

Karena jika Anda bertambah tua dan sudah menikah serta memiliki anak, Anda cenderung memiliki lebih banyak pertimbangan dan lebih konservatif. [ … ] Jika saya harus membangun startup saya sekarang dengan modal nol, saya mungkin tidak mau [mengambil risiko] karena saya memiliki istri dan seorang anak perempuan.
 

16. Kisah Yasukane Matsumoto, orang yang mempermudah industri percetakan di Jepang

CEO Raksul, Yasukane Matsumoto, mengatakan:

Saya tidak mengambil risiko apapun karena saya masih berusia 24 tahun [pada saat itu]. […] Anda tidak akan kehilangan apa-apa ketika Anda masih muda dan saya hanya ingin melakukan sesuatu sendiri – jadi membangun startup adalah hal yang masuk akal. Sulit untuk dijelaskan.
 

17. Kisah Koki Sato, dari musisi hingga entrepreneur sukses

Ketika ditanya saran apa yang akan ia berikan kepada para entrepreneur di era ini, CEOSepteni Holdings, Koki Sato menyarankan mereka untuk berpikir dalam jangka panjang.

Anda tidak bisa membangun bisnis layaknya lomba lari sprint. Pikirkan seolah-olah itu adalah maraton.
 

18. Ditegur oleh manajernya, agen real estate yang frustrasi ini keluar untuk mendirikan portal properti terbesar di Jepang

Pendapat CEO NEXT, Takashi Inoue, tentang hal apa yang diperlukan untuk membuat sebuah perusahaan bagus:

Visi perusahaan adalah hal yang sangat penting. Prinsip yang kuat juga diperlukan untuk membimbing semua orang. Tim dan orang-orang merupakan komponen penting dan mereka harus merasa antusias tentang bisnis.
 

19. Founder Qoo10 pernah bekerja di tengah gurun, memilih berhenti dan mendirikan startup

Pendapat founder Qoo10, Ku Young Bae, tentang entrepreneurship:

Entrepreneurship adalah hal sulit, saya tidak akan merekomendasikan ini kepada semua orang. Anda harus menghadapi banyak sekali masalah dan tantangan.
 

20. Setelah keluar dari sekolah, pria ini sekarang menjadi entrepreneur sukses

Kesuksesan Harusiha Okamura, CEO Adways, bisa tercapai salah satunya karena ia memulai karirnya sangat awal. Di usia 16 tahun, Harusiha memutuskan keluar dari sekolah untuk bekerja sebagai salesperson di sebuah perusahaan.

Saya tidak bisa mendapatkan teman di sekolah, jadi saya memutuskan untuk bekerja lebih awal.
 

21. Founder Builk: pelajaran yang bisa didapat dari program akselerator

Patai Padungtin, founder Builk, yakin bahwa untuk berhasil, entrepreneur harus percaya pada startup yang mereka dirika, memiliki passion, dan menindaklanjuti apa yang mereka yakini.

Anda dapat membangun sebuah startup e-commerce dengan 1.000 pesaing – tapi bermimpilah yang tinggi. Bahkan jika Anda berada di ranah yang kompetitif, temukan kekuatan Anda dan berjuanglah.
 

22. Co-founder Disdus: Anda bisa sukses di industri manapun

Jason Lamuda, co-founder Disdus (diakuisisi oleh Groupon pada 2011) dan co-founderBerryBenka, mengatakan bahwa entrepreneur sebaiknya lebih memiliki pertimbangan sebelum memutuskan industri mana yang akan mereka masuki:

Ketika akan memilih bisnis apa yang akan saya jalankan, saya selalu melihat dua hal. Pertama, siapa saja pemain yang sudah ada di industri tersebut, dan kedua, hal berbeda apa yang bisa saya tawarkan kepada pengguna. Saya tidak melakukan banyak riset panjang mengenai besarnya pasar [yang akan saya masuki]. Saya hanya mencari gambaran besar pasar tersebut dan langsung mulai dari sana. 

23. Founder 2xpace: “Ekosistem startup tengah bertumbuh, saatnya wanita mengambil kesempatan”

Numfone Chayapak, founder 2xpace, menyebutkan sikap apa yang diperlukan agar sukses di startup teknologi:

Open-minded. Selama Anda tahu apa yang Anda lakukan, mendengarkan komentar dan saran orang lain dapat membantu Anda berkembang.
 

24. Kisah Jorge Azurin: lebih memilih startup dibanding gelar PhD di Stanford

Jorge Azurin yang kini bertindak sebagai mentor dan angel investor bagi sejumlah startup, mengemukakan bagaimana pentingnya memiliki co-founder:

Masalah mendasar yang saya punya adalah saya tidak memiliki co-founder, saya melakukan segala sesuatu sendiri dan tidak sejahtera. Ketika saya punya co-founder, ia biasanya melengkapi kualitas saya. Kualitas yang mereka miliki adalah kualitas yang saya tidak punya.
 

25. Pelajaran terbesar di Y Combinator untuk AnyPerk: “Bangunlah sesuatu yang Anda inginkan”

Taro Fukuyama, CEO dan co-founder AnyPerk, menceritakan pengalamannya di Silicon Valley.

Ada perang talenta yang besar di berbagai bidang di seluruh Amerika, yang lebih umum terjadi di Silicon Valley dibanding tempat lainnya, dimana perusahaan berusaha keras untuk menemukan cara-cara baru untuk menarik dan mempertahankan orang-orang terbaik mereka. Memiliki produk yang benar-benar memberikan kebahagiaan dan melibatkan karyawan di Silicon Valley adalah hal yang sangat dibutuhkan!
 

26. Demi boneka kelinci pink TuTu, entrepreneur ini rela meninggalkan pekerjaan bergengsi di HTC

Jason Warren, CEO Roam and Wander, mendapat nasihat dari mentornya:

Setelah dua perusahaan pertama saya gagal, mentor saya yang sangat baik memberi beberapa saran. Ia menyuruh saya duduk dan berkata ‘Dengar, apa yang kamu butuhkan sekarang adalah pengalaman magang di ranah software. Kamu perlu belajar bagaimana orang-orang membangun sesuatu. Apakah model Waterfall atau Agile yang harus diterapkan? Apakah kamu ingin memberi orang lebih banyak otonomi atau ingin memberi mereka lebih banyak kontrol? Dan setelah dua atau tiga tahun, kembalilah menjadi entrepreneur.
 

27. Kisah Mun Yew Loh: PNS ini akhirnya punya startup sendiri

Founder TapTalents, Mun Yew Loh, mengaku terinspirasi oleh para entrepreneur:

Anda [entrepreneur] membangun ide yang kaya untuk mengidentifikasi tantangan nyata. Itulah saat dimana saya berpikir: saya mungkin juga bisa menyelesaikannya sendiri.

28. Kisah Zopim: Perjuangan dan pengorbanan demi kesuksesan startup

Founder Zopim, Royston Tay, membakar semangat dan tekad timnya dengan mengatakan:

Jika saya tidak mendapatkan komitmen penuh dari kalian semua, saya akan meninggalkan perusahaan.
(Diedit oleh Ketut Krisna Wijaya) 

sumber : www.techinasia.com
Previous
Next Post »